Akhir-akhir ini kondisi di banyak kampus terlihat
mengenaskan. Mahasiswa seolah tak lagi peduli dengan kondisi masyarakat
baik disekitar kampus ataupun lingkungannya. Mereka hanya memikirkan
kehidupannya masing-masing. Padahal seorang mahasiswa yang berilmu
nantinya harus bertanggungjawab atas keilmuan yang dimilikinya.
Saya kuliah di Universitas Pamulang (UNPAM) yang kebetulan
terdapat banyak sekali mahasiswa dengan latar belakang sosial-ekonomi
yang beragam. Hal ini semakin membantu saya memahami perbedaan
kelas-kelas individu yang terkesan gengsi, pemalu, menutup diri dari
lingkungannya.
Disana saya dapat temui banyak sekali peristiwa yang
menandakan individualisme dalam diri mereka. Semisal ketika saya
berkumpul dengan teman-teman di parkiran, seringkali seorang mahasiswa
yang kesulitan mengeluarkan motor berusaha sendiri tanpa meminta bantuan
kami, karena iba melihatnya kami pun membantunya. Saya juga berpikir
bagaimana jika ia terjatuh dan menjatuhkan motornya dan berakibat
menimpa dirinya atau menjatuhkan motor-motor lain? Padahal yang akhirnya
akan merugi hanya dirinya sendiri. Untuk apa malu? Daripada malah kacau
balau.
Hal-hal kecil seperti ini harus kita perhatikan agar tak
menjadi persoalan besar. Merasa mampu boleh saja tetapi, kita juga harus
menyadari kapan waktunya meminta bantuan orang lain. Tak ada ruginya
kita meminta bantuan dan orang lain pun takkan merasa rugi memberikan
bantuan. Memang tak bisa disalahkan tetapi, alangkah lebih baik jika
bisa mencegah hal-hal yang tak diinginkan sebelum terjadi.
Mari mulailah hidup bersama sebagai manusia seutuhnya. Jangan menutup diri dari lingkungan karena sejatinya manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan sesama. Latar belakang sosial-ekonomi bukanlah pemisah kita, seharusnya ia menjadi keberagaman untuk saling berbagi dan saling melengkapi.
Semoga dapat menginspirasi.
Komentar
Posting Komentar